Spontan dan tanpa banyak pertimbangan, Magdalena Vivi Sagulu (23) menerima permintaan ketua stasi (baja’ Gereja) Kristus Rimata-Bojakan, Paroki St. Maria Auxilium Christianorum-Sikabaluan, Mentawai untuk menjadi pendamping kelompok Bina Iman Anak (BIA) di stasinya. “Walau nol pengalaman, saya yakin bisa menjadi pendamping anak-anak dan akan mendapatkan pengalaman baru. Ternyata mengurus banyak anak menemukan banyak keunikan. Ini pelajaran berharga buat saya kelak sebagai ibu rumah tangga,” ucapnya.
Setahun tamat dari SMA Negeri 1 Siberut Utara, Mentawai (2018), gadis kelahiran Desa Bojakan, Kecamatan Siberut Utara, Mentawai 12 Juli 1998 ini mulai ‘bergaul’ dengan tujuh puluh lima anak-anak BIA stasi. Anak kedua dari 6 bersaudara pasangan suami-istri Kampuli Sagulu dan Kartini Sagajinpoula ini bersama seorang temannya sesama pendamping mengajak anak-anak itu belajar cara berdoa, bernyanyi, bermain dalam dinamika kelompok. “Kegiatan BIA di stasi kami berlangsung setiap Minggu pagi, mulai pukul delapan atau satu jam sebelum Perayaan Sabda atau Perayaan Ekaristi – bila ada kunjungan pastor,” ucap Vivi, panggilannya.
Pada setiap kali pertemuan, lanjut Vivi, kegiatan diawali dengan doa, dilanjutkan nyanyi bersama, pembacaan Kitab Suci (Injil), dialog – berdiskusi – bercerita, dan kegiatan rekreatif seperti games. “Awalnya saya agak kewalahan menghadapi tingkah laku mereka yang keras kepala, melawan, dan tidak disiplin. Saya berusaha memaklumi dan sabar. Saya senang, baja’ Gereja, para orangtua, dan Kepala SDN 15 Bojakan mendukung,” sambungnya.
Walau kadang ada kesulitan mengatur karena banyaknya anak-anak binaannya, Vivi mengaku terkesan dan semakin termotivasi untuk mendampingi mereka. Vivi menceritakan, tiga bulan di awal masa pandemi Covid-19 (April-Juni 2020) kegiatan BIA terhenti, namun setelah itu berlangsung seperti biasa, karena wilayah Bojakan termasuk Zona Hijau. (hrd)