Dewasa ini, situasi kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara diwarnai oleh tergerusnya rasa nasionalisme di tengah masyarakat. Akibatnya, integritas dan moral masyarakat menurun di kalangan tertentu. Dalam kondisi seperti ini, mudah masuk sentimen agama dan berbagai paham aliran keras yang mempunyai tujuan mengganti Pancasila sebagai dasar negara. Kalangan ini selalu memanfaatkan segala kelemahan dan mencari-cari kelemahan  pemerintah dalam menata negara.

Saya berpendapat, pemerintah bersama berbagai pemangku kepentingan (stakeholder) bangsa ini perlu menggalakkan kembali program penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila(P4) dan menghidupkan kembali mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila(PMP). Upaya ini perlu diprioritaskan untuk membentengi anak bangsa ini dari berbagai pengaruh  yang sejatinya tidak menginginkan keutuhan dan kemajuan  NKRI. Saya prihatin melihat fakta hukum tidak tampil sebagai panglima, melainkan politik dan kebebasan pers yang kebablasan sehingga menciptakan suasana kurang kondusif negara ini. Saya khawatirkan, suatu saat nanti, bangsa ini menjadi tidak terkendali,  akhirnya, NKRI terpecah-pecah.

Memang, bukannya tanpa upaya ‘menghadang’ atau mengerem pergerakan yang berpotensi memecah keutuhan bangsa ini, namun kekuatan mereka terasa lebih kuat dan massif. Maka, perlu duduk bersama dengan berbagai elemen bangsa ini yang tetap menginginkan NKRI. Saya yakin, kebaikan tampil sebagai pemenang.

Para elit politik bangsa ini punya kelompoknya masing-masing. Ada kelompok nasionalis murni  dan nasionalis religius. Ada juga kelompok yang secara sembunyi-sembunyi dan terbuka ingin mengganti Pancasila dengan paham khilafah. Mereka ada di setiap lini, baik di instansi pemerintahan pusat maupun daerah. Begitupun di parlemen hingga di tengah masyarakat pedesaan pun melalui kegiatan tertentu. Mereka membentuk opini, mendoktrin, dan mencuci otak anggota kelompoknya.  Itu terlihat dari pernyataannya tatkala mengritisi atau menyikapi kebijakan pemerintah. Mereka bukannya ikut memberi solusi – lewat buah pikirannya – tetapi bersikap selalu menyalahkan atau menghakimi pemerintah, bahkan mencari-cari kesalahan.

Nasionalisme di kalangan akar rumput (grass-root) masa kini masih terbangun dan tumbuh, tetap terpelihara dan terjaga dengan baik. Dalam percaturan politik misalnya, saya melihat masyarakat sangat antusias, peduli dan terlibat dalam perhelatan politik, saat pemilihan presiden (Pilpres), pemilihan legislatif (pileg), dan pemilihan kepala daerah (pilkada). Kontribusi dan tingkat kehadiran masyarakat masih tinggi. Ini jadi bukti masyarakat masih mencintai dan peduli terhadap bangsa dan negara ini. Hanya segelintir orang bersikap ‘golongan putih’ (golput).

Akhir-akhir ini memang ada upaya organisasi atau kelompok tertentu yang berupaya mengubah NKRI menjadi negara agama (khilafah). Ini adalah politik negara asing, transnasional. Caranya memanfaatkan kelompok radikal – yang berseberangan dengan pemerintah – serta haus kekuasaan. Negara asing tidak ingin NKRI maju dan berkembang, serta ikut menentukan kebijakan dunia di waktu mendatang. Pihak asing tahu penduduk Indonesia majemuk dan mayoritas Muslim sehingga mereka merasa dengan memanfaatkan kaum radikal,  memainkan isu  agama  untuk memprovokasi masyarakat bisa menjadikan NKRI menjadi negara khilafah.   Upaya kelompok radikal gagal, sebab situasi Indonesia tidak sama dengan Palestina, Turki, dan Suriah yang punyai faksi/golongan.  Salah satu bukti kegagalan, dua ormas pengusung khilafah (HTI dan FPI) dibubarkan pemerintah. Namun sebagai ideologi tidak akan lenyap begitu saja. Maka perlu diwaspadai, karena mereka bisa menyusup dan berganti baju, masuk ke parlemen melalui partai politik.

Namun demikian, selagi pemerintah, aparat pertahanan (TNI) dan keamanan (Polri) kompak dan solid bersama masyarakat,  negara khilafah tidak akan terwujud. Sepak terjang FPI dan HTI sangat berlebihan, tidak ada etika dan tidak takut. Sepertinya ada ‘kekuatan’ melindungi dan mem-back upnya.  Pemerintah tegas membubarkan mereka dan menjadikannya organisasi terlarang di Indonesia. Dengan melihat peristiwa tersebut dari kaca mata iman, ini pertanda bahwa lewat pemerintah, Tuhan menunjukkan kuasa dan kemuliaan-Nya. Kebenaran sebagai pemenang melawan kejahatan dan kecurangan .

Wadisden Dabukke

Sekretaris I Wilayah Kandis & Sekretaris II Dewan Pastoral
Paroki St. Teresia Kanak-Kanak Yesus-Kandis, Riau.
Penasihat Pemuda Batak Bersatu Kecamatan Kandis-Kabupaten Siak, Riau.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *