BETAET – KEP. MENTAWAI – Umat Paroki Stella Maris-Betaet, Siberut Barat, Kepulauan Mentawai ‘berpesta’. Bapa Uskup Mgr. Vitus Rubianto Solichin, SX melakukan kunjungan pastoral perdananya di paroki ini. Rombongan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai turut serta dalam kunjungan ini. Ikut serta juga kru Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) Keuskupan Padang, anggota Pencinta Alam Fransiskus Asissi (PAFA) dan utusan Ikatan Sarjana Katolik (ISKA) Cabang Mentawai.
Dalam kunjungan ini, Mgr. Vitus memberkati dan meresmikan pemakaian tiga gereja baru hasil renovasi di tiga stasi. Gereja Stasi Santo Petrus-Simalibeg di Desa Simatalu yang pertama diberkati dan diresmikannya, Minggu (14/11). Menyusul gereja Stasi Santo Yohanes Pembaptis-Lubaga, Desa Bojakan, Kecamatan Siberut Utara, Senin (15/11) – bertepatan dengan ulang tahun Bapa Uskup, kemudian gereja Stasi Santo Markus Penginjil-Limu, Desa Simatalu, Rabu (17/11). Di Simalibeg, selain bangunan gereja baru juga diberkati dan diresmikan Goa Maria, penerimaan Sakramen Krisma bagi 71 umat. Di pusat paroki juga berlang-sung penerimaan Sakramen Krisma bagi 43 umat.
Saat Bapa Uskup dan rombongan tiba di dermaga Simalibeg, Sabtu siang (13/11) disambut meriah oleh umat. Sebelumnya, rombongan ‘salin boat’ dari kapal Pemkab SB Rimata dan berhasil masuk Muara Simatalu yang dikenal angker. Penyambutan lebih meriah, keesokan harinya (14/11) di tanah lapang Desa Simatalu, sebelum upacara pemberkatan dan peresmian gereja Stasi Simalibeg. Nuansa budaya Mentawai sangat kental dan terasa, terlebih dengan ditampilkannya turu’ laggai (tarian Mentawai-Red). Selesai penyambutan, rombongan dan umat menuju kompleks gereja di lokasi tanah yang lebih tinggi dengan menaiki anak tangga. Prosesi dilanjutkan dengan ibadat pemberkatan di depan gereja. Bapa Uskup didampingi Pastor Paroki Stella Maris (P. Abel Maia, Pr.) dan Pastor Paroki St. Maria Auxilium Christianorum-Sikabaluan (P. Otto Hasugian, Pr.).
Dalam ibadat ini, selain umat setempat dari berbagai tingkatan usia dan penerima Sakramen Krisma, hadir juga Wakil Bupati Kepulauan Mentawai (Kortanius Sabeleake), Kepala serta Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Mentawai, dua anggota DPRD Kabupaten Kepulauan Mentawai asal Simatalu, Camat Siberut Barat, utusan Ikatan Sarjana Katolik (ISKA) Cabang Mentawai, dan sejumlah anggota PAFA. Pemberkatan Goa Maria Simalibeg – yang terletak di bagian depan gereja dilaksanakan sebelum pemberkatan gereja. Sesaat sebelum gereja diberkati, Fernando – kepala tukang pembangunan gereja ini menyerahkan kunci, dilanjutkan penandatanganan prasasti oleh Bapa Uskup. Sebelum membuka gereja, Bapa Uskup menggunting pita. Bupati Kepulauan Mentawai (Yudas Sabaggalet, SE, MM) yang dijadwalkan hadir mendadak batal karena keluarganya sedang berduka.
Dalam ibadat pemberkatan bangunan gereja, Bapa Uskup mereciki dan mendupai seluruh bagian dalam dan luar bangunan gereja. Selanjutnya Bapa Uskup mengajak 400-an umat masuk ke dalam gereja untuk merayakan Ekaristi. Sebelumnya, Bapa Uskup memberkati altar, salib, dan tabernakel.
Dalam homilinya, Mgr. Vitus menegaskan pentingnya orang-orang Mentawai punya perhatian dan kepedulian yang ‘lurus’ terhadap pendidikan, lingkungan, adat-istiadat, dan budaya Mentawai di masa mendatang. Sehubungan dengan pemberkatan dan peresmian gereja baru, Bapa Uskup mengajak umat ikut merawat dan memeliharanya. Usai homili, 71 penerima Sakramen Krisma menyatakan pengakuan imannya di depan Bapa Uskup dan umat, dilanjutkan penerimaan Sakramen Krisma. Suasana inkulturatif terasa dalam perayaan ini, terlihat dari aksesoris yang dikenakan petugas liturgi, anggota paduan suara, dan pembawa persembahan.
Umat Katolik Jadilah Berkat
Parokus Betaet, P. Abel Maia memanfaatkan waktu pengumuman di gereja untuk menyampaikan dua hal, pertama sebagai bendahara panitia pembangunan gereja menyampaikan laporan keuangan paket pembangunan gereja dan Goa Maria. Kedua, sebagai pastor paroki – gembala umat menyatakan bahwa di parokinya ada empat kelompok tipe umat Katolik, yakni: tipe merpati, belati (pedang), pedati (gerobak) dan Katolik sipulelek – Katolik sejati atau sesungguhnya karena didorong iman yang mendalam kepada Kristus. Kelompok umat terakhir ini militan, berkualitas, dan berbuah berlipat-lipat ganda. “Saya mengajak, umat janganlah berhenti berbuat yang berguna bagi orang lain maupun sesama. Butuh kemauan baik dan pengorbanan terus-menerus. Bangunan gereja ini menjadi tempat kita menyembah Tuhan dalam Roh!” tandasnya.
Usai Perayaan Ekaristi, Pastor Abel Maia, Pr kepada GEMA mengatakan bahwa moment ini adalah spesial bagi umat parokinya terkhusus di stasi Simalibeg. Semua perjalanan, rangkaian upacara berlangsung lancar semuanya karena berkat Tuhan. Dukungan dan keterlibatan semua pihak sungguh dirasakan, khususnya dalam pembangunan gedung gereja, contohnya dari Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai, Pemerintah Kecamatan Siberut Barat, Komunitas PAFA, sejumlah donator yang di berbagai daerah, termasuk di Riau; serta umat setempat. “Luar biasa dan membanggakan! Saya berharap, lewat peristiwa ini semakin meneguhkan umat Katolik di sini sehingga semakin Mentawai dan semakin Katolik (Katolik Sipulelek). Oleh sebab itu, kehadiran umat Katolik harus menjadi berkat, tidak hanya untuk kalangan sendiri, tetapi juga bagi sesama.” katanya.
Secara terpisah, Camat Siberut Barat, Jop Sirirui mengapresiasi momen pemberkatan dan peresmian gereja baru di Simalibeg, Lubaga, dan Limu. Keberadaan rumah ibadah menurutnya akan menunjang pembangunan sumber daya manusia (SDM), terutama di kalangan umat Katolik. Iman umat terbangun seutuhnya, tidak hanya fisiknya. Pihaknya menyokong dalam bentuk dorongan atau memotivasi masyarakat Siberut Barat agar ambil bagian dalam pembangunan rumah ibadah ini. “Kami juga mendorong pemerintah Desa Simatalu berkontribusi dalam pembangunan gereja ini. Kami mendukung dengan pembangunan jalan yang ada di bagian bawah bangunan gereja Simalibeg dengan menggunakan dana Anggaran Dana Desa (ADD) agar mempermudah umat setempat masuk ke dalam kompleks gereja,” ucap Jop.
Selaku Camat Siberut Barat, pihaknya memberikan support atau dukungan kepada upaya pembinaan iman umat Katolik di kecamatan ini. Ia juga berharap agar umat tidak berhenti pada pemberkatan dan peresmian pemakaian gereja di Simalibeg. “Umat setempat hendaknya memanfaatkan fasilitas rumah ibadah ini, lewat berbagai kegiatan pembinaan rohani sehingga menghasilkan SDM yang bermental bagus,” tukasnya.
Anggota DPRD Kabupaten Kepulauan Mentawai asal Simatalu, Bruno Guimek Sagalak, SE menilai pembangunan gereja ini melalui proses yang luar biasa. “Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, akan berdiri gereja semegah ini dan permanen di pelosok Simatalu, apalagi kalau mengingat kondisi ekonomi umat setempat belum seberuntung di tempat lain. Alam Simatalu sungguh menantang. Bangunan gereja ini tergolong mewah dari sisi arsitektur atau bentuk bangunannya. Semua ini terbangun berkat semangat kebersamaan semua pihak baik umat, pastor, donatur, anggota DPRD, pemerintah kabupaten. Bruno mengakui di tempat lain masih ada tempat atau rumah ibadah yang butuh perbaikan dan patut mendapat perhatian semua pihak. “Tujuannya, agar umat merasa nyaman saat beribadah. Maka, diperlukan sokongan pemerintah daerah dan masyarakat. Saya berikan perhatian pada kondisi rumah ibadah yang ada di Simatalu, walau belum bisa untuk semuanya. Minimal, ada perhatianlah meski terkendala Pandemic Covid-19,” ucapnya.
Salut, Masyarakat Kompak
Kepada GEMA, Wakil Bupati Mentawai, Kortanius menyatakan salut kepada masyarakat Simalibeg, khususnya umat Katolik yang sangat kompak. Penghargaan juga disampaikannya kepada Pastor Paroki Stella Maris-Betaet yang telah secara maksimal menjalin dan menggalang kerja sama sehingga rencana pembangunan gereja ini terwujud. “Banyak pihak dilibatkan berkontribusi agar bangunan gereja ini dapat terbangun. Agama dan iman menjadi modal utama pembangunan SDM. Iman menggerakkan hati yang bernyala-nyala, sebagai modal menggerakkan hal lainnya,” tandasnya.
Pemerintah Kabupaten, lanjut Korta, melihat dan menilai pastor paroki telah mengambil posisi yang tepat dalam rangka memberdayakan segenap potensi warga dan umat dalam kerangka pembangunan gereja stasi ini. Suatu hal yang membanggakan dalam kurun waktu kurang setahun, pembangunan gereja ini selesai. “Potensi masyarakat setempat dan umat Katolik Simalibeg sungguh luar biasa. Kiranya, ini dapat menjadi contoh bagi dusun dan desa lainnya di Kepulauan Mentawai bagaimana upaya menggerakkan semua potensi dan sumber daya yang dimiliki umat dan warga. Melihat beberapa pembangunan gereja di tempat lain memakan waktu lama bahkan terbengkalai, maka pembangunan gereja pantas diteladani,” ucapnya.
Sejarah pembangunan gereja baru Stasi Santo Petrus Simalibeg ini bermula saat peletakkan batu pertama oleh Pastor Bonar Sinabariba, Pr pada 27 September 2020. Operasional pembangunan gereja dimulai pertama pada 5 Oktober 2020. Dihubungi terpisah, mantan kepala tukang pembangunan gereja ini, Agus Mali Lahoan mengungkapkan bahwa pekerjaan pembangunan gereja tuntas pada 3 Juli 2021, tepatnya sembilan bulan setelah permulaan pengerjaan. Untuk membangun gereja ini, tenaga kerja terdiri dari dua tukang, dua pembantu tukang, empat buruh, dan umat Katolik setempat yang bergotong royong.
Agus mengakui, umat setempat ikut terlibat dalam pembangunan fisik ini, semisal saat tagak kuda-kuda, pengecoran lantai, dan pemerataan tanah. Sebagai kepala tukang, Agus menyusun Rancangan Anggaran dan Belanja (RAB), disain interior dan eksterior gereja, mulai dari awal hingga selesai. Agus merinci ukuran bangunan gereja ini, yaitu: badan bangunan gereja berukuran dua belas meter kali tiga puluh meter. ‘Sayap’ bangunan berukuran delapan meter kali dua puluh meter. (hrd)