Hari Minggu Prapaskah V (3 April 2022)
Yes. 43:16-21; Mzm. 126:1-2b, 2c-3, 4-5, 6;
Flp. 3:8-14; Yoh 8:1-11

BACAAN PERTAMA dari Kitab Nabi Yesaya hari ini secara garis besar mau menyatakan bahwa kasih Allah terhadap umat-Nya adalah kekal. Akan ada kelepasan bagi umat yang telah lama menderita di pembuangan di Babel. Tuhan akan membuka pengampunan kepada umat-Nya yang menjadi menderita akibat dosa mereka. Dalam nas ini dinubuatkan bahwa Tuhan akan membuka kehidupan yang baru kepada umat-Nya. Tuhan akan dimasyurkan atas perbuatan kasih-Nya. Bagaimanapun pergolakan politik antar bangsa ketika itu, Tuhan memiliki kedaulatan penuh atas kehidupan ini. Sehingga nubuat ini sekaligus memberikan penghiburan kepada umat-Nya untuk tidak berputus asa dan tetap berpengharapan bahwa Tuhan akan memberikan kelepasan atas umat-Nya.

Ada dua hal yang dapat disaksikan bacaan ini, yaitu: pertama, Tuhan telah memperkenalkan Diri-Nya dalam perjalanan hidup umat Israel bahwa Dia adalah Tuhan yang Mahakudus, Raja dan yang menciptakan Israel. Dia juga adalah Tuhan yang mencipta, yang membentuk dan menebus umat kepunyaan-Nya. Dalam sejarah perjalanan umat Israel, sudah sangat jelas diperlihatkan Tuhan tentang siapa Diri-Nya. Tuhan menuntun umat Israel keluar dari perbudakan Mesir dengan memberikan mereka jalan melalui laut dan menyuruh para tentara yang gagah beserta dengan kereta kudanya terperangkap di laut.

Kedua, saat ini Tuhan terus melakukan sesuatu yang baru di tengah-tengah kehidupan umat-Nya, supaya jangan lagi mereka mengingat hal-hal yang dahulu. Artinya, bahwa Tuhan akan berbuat unuk umat-Nya jauh lebih besar dari apa yang telah diperbuat sebelumnya. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan, sebab Dia dapat berbuat apapun untuk melepaskan umat-Nya dari pembuangan di Babel. Jika mereka jatuh dalam pembuangan di Babel adalah karena dosa kepada Tuhan. Namun demikian, Tuhan tidak melupakan mereka, kasih Tuhan atas umat-Nya semakin nyata dan mendewasakan iman umat-Nya.

Maka Tuhan telah merancangkan sesuatu yang besar atas umat-Nya, yaitu: keselamatan yang belum pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia ( 1 Kor. 2: 9). Keselamatan yang akan membawa umatNya pada persekutuan yang baru kepada Tuhan, yaitu “umat Allah pembawa kabar baik”. Umat yang akan di bentuk oleh Tuhan itu bukan lagi hanya umat yang menerima tetapi juga umat yang membawa dan memberitakan keselamatan.

Kasih Allah yang tidak memandang dan menghitung-hitung kesalahan manusia itu ditampakkan juga dalam Injil hari ini. Tuhan Yesus tidak mengadili, ikut menyalahkan perempuan pendosa dihadapkan kepada-Nya. ”Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” sabda-Nya.

Setiap manusia, betapapun kehidupannya, entah baik atau buruk tetap membutuhkan belas kasih Tuhan. Oleh karena itu, meskipun manusia berusaha menjadi orang baik di hadapan Tuhan, namun juga harus memiliki jiwa layaknya seorang pendosa yang selalu merendahkan diri, merasa tidak pantas, sehingga juga tidak mudah menghakimi orang lain. Dengan memiliki jiwa seorang pendosa, dapat terhindar dari yang disebut dosa karena kesombongan religius ini.

Menghukum orang yang kedapatan bersalah seperti perempuan yang berzina dan dibawa kepada Yesus, adalah suatu perbuatan yang tidak mengenakkan hati. Karena kita berlaku sebagai hakim atas orang yang bersalah. Lalu apa hak kita menghukum orang yang bersalah? Tidak gampang karena kita mengambil alih tugas dan kewenangan Tuhan sebagai hakim dalam menghukum orang. Suatu tindakan yang salah kalau main hakim sendiri atas orang yang bersalah, bahkan ada yang bertindak brutal terhadap orang yang bersalah. Mengapa? Karena kita bukanlah Tuhan yang memiliki hak menghakimi.

Tuhan Yesus tidak serta merta memberikan atau melakukan hukuman kepada perempuan yang dihadapkan kepada-Nya karena kedapatan berzina. Yesus menerima keadaan perempuan yang berdosa itu dan mulai memberikan penyadaran. Perempuan itu akhirnya sadar akan dosanya dan memohon pengampunan dari Yesus, dan Tuhan Yesus pun mengampuni. Demikian pula Allah Bapa, akan menerima kita bagaimana pun keadaanya. Dosa sebesar apa pun, kalau disesali dan bertobat akan mendapatkan pengampunan. Namun kita mesti merendahkan diri dan merendahkan hati seperti wanita pendosa itu. Begitu besar, kasih dan kerahiman Allah sehingga kita pendosa mendapatkan rahmat. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *