Pernah sebagai ketua rayon, wakil ketua dan ketua stasi dua periode membuat Romulus Sitanggang (53) mengenal karakter umat Stasi Santo Ambrosius Paroki Santo Fransiskus Assisi Padang. Segala keadaan tidak menyurutkan semangat untuk melayani umat. Sebelum menjadi warga padang, Sitanggang berdomisili di Paroki Salib Suci Tanjung Priok Keuskupan Agung Jakarta )KAJ). “Kesukaan terhadap pelayanan mendorong saya melibatkan diri dalam pelayanan di Gereja.” kata pasangan Petronella Marianna Marbun ini.
Saat datang ke Padang (2001), dirinya hanya tahu Gereja Katedral. Ia tidak tahu di Kawasan Tabing ada gereja. Selang beberapa tahun, setelah aktif dalam paguyuban marga Batak, Sitanggang baru tahu di Tabing ada gereja Katolik. Saat berjumpa dengan ketua stasi Almarhum Ferry Dachi, dirinya ditanya: “Apa yang dapat Bapak perbuat untuk stasi kita ini?” Pertanyaan itu membekas dan membawanya pada permenungan mendalam. Hati kecilnya tersentuh. ”Apa permasalahan di stasi kita, Pak?” kata Sitanggang balik bertanya. Selanjutnya, terjadilah percakapan mendalam tentang Stasi Tabing. Berbekal pengalaman mengurusi misdinar saat di Jakarta, dirinya bersedia mendampingi dan membina misdinar.
Setelah dikenal dan mengenal umat, dipercaya sebagai ketua rayon, hingga dua periode. Hirarki jabatannya naik, sebagai wakil ketua stasi, hingga akhirnya sebagai ketua stasi hingga dua periode. Sitanggang berkisah, saat pemilihan ketua stasi periode kedua dirinya berharap tidak terpilih. Ia merasa sebagian besar umat di stasinya sulit diajak bekerja sama dalam pelayanan menggereja. Kegelisahan itu disampaikan kepada isterinya, namun tidak diduga justru Sitanggang mendapatkan support. “Terimalah kalau memang terpilih lagi! Layanilah!” ujar Sitanggang menirukan ucapan isterinya. Pernyataan itu memotivasi dan meneguhkan langkahnya saat menjalani periode kedua sebagai ketua stasi.
Melihat kondisi umat dewasa dan orang tua, Sitanggang menaruh harapan pada Orang Muda Katolik (OMK). Sedari awal, ia punya hubungan dekat dengan OMK. Ia yakin program stasi akan jalan bila OMK bergerak. Kalau mengajak orang tua banyak alasan. Beda dengan anak muda. “Ketika pengurus stasi butuh, mereka pasti mau. Itu yang saya alami dan menjadi penyemangat diri,” ungkap Sitanggang. (bud)