Hari Minggu Prapaskah III (20 Maret 2022)
Kel. 3:1-8a, 13-15; Mzm. 103:1-2, 3-4, 6-7, 8, 11;
1Kor 10:10:1-6, 10-12;
Luk 13:1-9
SANTO THOMAS MORUS pernah berteman dengan seorang penjudi. Karena bersahabat, Thomas tidak segan-segan menasihati temannya. Thomas terus mendesaknya agar menghentikan kebiasaan buruknya. Bahkan berulang kali Thomas Morus mendesaknya untuk bertobat. Tetapi temannya itu selalu menjawab: “Tidak usah, cukuplah mengucapkan tiga kata: ‘Tuhan ampunilah saya’ sebelum meninggal dan saya pasti selamat.”
Pada suatu hari keduanya pergi berburu menunggang berkuda. Di suatu tempat mereka harus melewati jalan yang curam. Thomas Morus berhasil melewati jalan itu. Tetapi temannya kurang hati-hati dan terjatuh. Ia terluka parah. Sebelum meninggal, dia sempat mengucapkan tiga kata, tetapi bukannya: “Tuhan ampunilah aku”, melainkan: “Setan, kurang ajar.” Sebuah umpatan. Dia mati sebelum sempat bertobat.
Pesan dari ceritera di atas cukup jelas. Bertobatlah selama masih ada kesempatan. Pesan seperti itulah yang mau disampaikan oleh Yesus dalam njil hari Minggu ini. Hal itu dilakukan-Nya dengan memberitahukan dua peristiwa kematian. Pertama, tentang orang-orang Galilea yang darahnya dicampur Pilatus dengan darah korban persembahan mereka. Kedua, tentang kematian 18 orang yang ditimpa oleh menara di Kolam Siloam. Yesus memperingatkan para pendengarnya bahwa kalau mereka tidak bertobat, juga akan mengalami nasib yang sama.
Mengapa Yesus menyampaikan hal seperti itu? Orang-orang yang melaporkan peristiwa itu mengira bahwa Yesus setuju dengan mereka bahwa orang-orang itu mengalami nasib seperti karena dosa-dosa yang telah dilakukannya. Tetapi Yesus tidak masuk ke dalam diskusi itu. Tuhan menekankan aspek tidak-terduga dari dua kematian tersebut. Mereka tidak mempunyai waktu untuk mempersiapkan diri dan bertobat. Akibatnya mereka mati dalam keadaan berdosa. Pelajaran untuk orang-orang Kristen adalah orang mesti bertobat selama masih ada kesempatan. Peristiwa tragis yang dialami teman dari Thomas Morus itu bisa dialami semua manusia. Celaka dan maut bisa datang kapan saja. Tidak peduli waktu dan tempat, semua orang bisa mengalami celaka. Penyebabnya bisa datang dari dalam diri itu, tetapi juga bisa datang dari orang lain.
Apa yang dialami oleh orang-orang tertimpa menara di Siloam dan oleh orang-orang yang dibunuh oleh Pilatus itu juga bisa terjadi pada siapa saja. Saat ajal tiba, manusia tidak bisa berbuat apa pun. Bahkan untuk “berucap” memohon belas kasih Allah pun tak mampu. Ajal pun datang laksana pencuri. Tidak seorang pun tahu waktunya. Yang pasti ajal atau kematian pasti datang. Namun kapan? Karena itu, marilah bertobat sekarang ini juga. ***