PADANG – Duka mendalam menggelayuti Gereja Keuskupan Padang. Salah satu gembala umat Romo Agustinus Mujihartono, Pr., Senin, 28 Maret 2022, pukul 02.14 WIB di RS Santa Maria Pekanbaru.

Sebelum jenazah diberangkatkan ke Padang melalui jalur darat, diadakan Misa Requiem di kapel Gereja Santa Maria a Fatima Pekanbaru dipimpin P. Emilius Sakoikoi, Pr. Perayaan ini disiarkan live streaming di kanal youtube Komsos Santa Maria direlay kanal youtube Komsos Padang. Seluruh Misa Requeim dan prosesi pemakaman di Padang, disiarkan live melalui kanal youtube Komsos Padang.
Romo Agus – panggilan imam projo asal Stasi Danau Tiga, Paroki Santa Theresia Air Molek ini lama menderita diabetis melitus. Kurang lebih enam bulan sebelum meninggal, kondisi kesehatannya semakin menurun, Sebelum dirawat di RS Santa Maria Pekanbaru, Romo Agus telah menjalani perawatan di RS Yos Sudarso Padang. Setelah hampir dua minggu menjalani perawatan intensif, karena ternyata telah mengalami komplikasi penyakit dan memerlukan cuci darah, Tuhan memberikan yang terbaik terhadap hamba-Nya. Romo Agus dimakamkan di columbarium Keuskupan Padang, Rabu, 30 Maret 2022.
Senin sore menjelang senja, iring-iringan mobil dan ambulance pembawa jenazah Romo Agus memasuki kompleks Gereja Paroki Santa Maria Bunda Yesus Tirtonadi Padang. Bapa Uskup Mgr. Vitus Rubianto Solichin, SX, pastor pastor, suster, dan umat yang telah menantikan kedatangan menyambutnya. Suasana hening dan haru mengiringi penurunan peti dan diarak menuju ke tempat penyemayaman di aula paroki. Setelah itu Bapa Uskup Mgr. Vitus Rubianto Solichin memimpin Misa Requiem secara konselebarasi bersama sejumlah imam. Usai misa, Dewan Pastoral Paroki (DPP) Santa Maria Bunda Yesus memberikan kesempatan kepada semua yang hadir melihat jenazah Romo Agus. Selanjutnya dilanjutkan tirakatan secara bergantian dari kelompok rayon dan kategorial secara bergilir.

Sepanjang Selasa, silih berganti umat, kelompok kategorial, organisasi Katolik, sekolah Katolik mengadakan ibadat arwah untuk Romo Agus. Misa requiem pukul 18:00 WIB dipimpin oleh P. Bernard, Pr. Mengawali homilinya, P. Bernard menyampaikan peribahasa: gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang. Manusia mati meninggalkan nama. Begitulah Romo Agus. Sejak informasi berpulangnya Romo Agus tersebar, status-status media sosial pihak-pihak yang mengenalnya menyampaikan rasa duka dan berbicara banyak hal, bercerita tentang pengalaman relasi mereka. “Ini sungguh menampakkan betul, kalau nama Romo Agus dikenang karena relasi yang baik.
Banyak yang mengatakan Romo Agus bukan hanya sebagai seorang romo atau pastor, namun sebagai teman. Sebagai bapa dalam relasi mereka,” katanya. Sebagai teman sekomunitas, hanya berdua serumah, P. Bernard merasakan perhatian Romo Agus, terhadap dirinya begitu besar. Tahu dirinya suka lemang, sebagai bentuk perhatiannya ketika pulang Romo Agus membawakannya lemang. Baginya ini bentuk perhatian pastor paroki terhadap sesama imam, pastor rekan, apapun berbagi. Mungkin bukan hanya padanya saja dia berbagi, namun juga kepada umat. P. Bernard melihat pemberian diri yang total dalam pelayanan dari Romo Agus. Meski setelah operasi Romo Agus lebih banyak di pastoran, di kursi roda, P. Bernard menegaskan Romo Agus tetap berpastoral. “Sayup-sayup saya mendengar suara video call dengan banyak umat. Dalam video call itu Romo Agus memberikan banyak masukan-masukan dan penghiburan. Romo Agus rutin ikut misa online, karena tidak bisa pergi ke gereja. Usai misa saya menerimakan komuni ke kamarnya. Bagi saya Romo Agus pribadi yang menarik. Walaupun adik, junior, saya kagum dan banyak belajar dalam berpastoral darinya,” imbuhnya. Usai Misa dilanjutkan malam tirakatan, seperti hari pertama.
Totalitas dalam Pelayanan
Prosesi pemakaman jenazah Romo Agus diawali dengan Misa Requiem dipimpin Mgr. Vitus Rubianto Solichin, Rabu (30/3) pukul 13.00 WIB. Hampir semua imam Keuskupan Padang ikut konselebrasi kecuali yang sakit, terkendala transportasi, dan punya jadwal pelayanan tidak bisa ditunda atau digantikan orang lain. Sebelum misa dibacakan riwayat singkat Romo Agus. (lihat box).

Dalam homilinya, Bapa Uskup menceritakan sosok Romo Agus sebagai pribadi yang penuh totalitas dalam pengabdian dan pelayanan, berusaha tetap dekat dengan umat. Romo Agus tahu cara untuk menikmati waktunya, yaitu melalui kehadiran atau kebersamaan bersama umat. Romo Agus adalah sosok yang rendah hati, yang makan ala kadarnya, alergi daging sejak kecil dan bukan orang yang mencari kenikmatan daging.
Meskipun semangkuk mie instan dan nasi, tidak persoalan ketika bisa menikmati makanan itu bersama-sama. Romo Agus mau dekat dengan orang-orang muda dan ibu-ibu, bahkan siapa pun yang dikenalnya. “Romo Agus sudah mewariskan warisan spiritual bagi rekan-rekan imam, menjadi imam yang bahagia dan tahu cara menghargai setiap relasi sehingga menjadikannya imam yang sederhana yang berbau domba. Romo Agus mengetahui arti sukacita dan membagikan sukacita itu pada orang-orang di sekitarnya,” kata Mgr Vitus.
Di hadapan misteri kematian, lanjut Bapa Uskup, manusia lemah yang tidak mengerti apa-apa. “Karena kematian Romo Agus, kita bukan tidak tahu mau mengatakan apa. Kita mau mengatakan seperti yang saya dengar bahwa akhirnya biarlah ini terjadi karena ini lebih baik untuk Romo Agus supaya lepas dari penderitaan penyakitnya. Kita senang, tetapi juga menangis. Suasana saat ini mirip dengan suasana yang dialami Marta dan Maria waktu kehilangan Lazarus saudaranya itu. Seperti Marta, sekuat-kuatnya iman, setangguh-tangguhnya harapan di hadapan misteri kematian, dalam hati kecil mengatakan seandainya Engkau ada di sini maka saudaraku tidak akan mati. Ungkapan itu bukan hanya diungkapkan Marta tetapi diulang lagi oleh Maria. Seandainya Engkau ada di sini, saudaraku tidak akan mati,” tambah Bapa Uskup.

Bapa Uskup melanjutkan, manusia masih terus mengharapkan mukjizat kesembuhan dari penyakit. Hal ini terungkap dari ungkapan rekan-rekan imam ketika tahu bahwa Romo Agus sedang berjuang di saat-saat terakhirnya. Hanya mukjizat yang bisa menyembuhkan, karena masih percaya itu. “Tuhan seandainya Engkau ada di sini. Sepertinya kita mau menyesali, mengapa tidak bisa meyakinkan Romo Agus untuk berobat lebih serius. Saya tidak mengatakan bahwa Romo Agus tidak ditangani dengan serius, tetapi memang benar Beliau tidak memperhatikan dirinya sendiri. Hal itu bukan sengaja namun justru karena Romo Agus mau memberikan perhatian kepada orang-orang lain di sekitarnya,” kata Bapa Uskup.
Di penghujung misa, sebelum prosesi pemakaman sejumlah pihak silih berganti memberikan kata sambutan. Paulus Ariyanto Budi Santoso, adik ke-4 Romo Agus mewakili keluarga. Ari menceritakan pengalaman di waktu-waktu akhir, selama perawatan di RS Yos Sudarso, hingga Romo Agus sakrat maut akhirnya berpulang di RS Santa Maria Pekanbaru.
Mewakili rekan seimamat, Ketua Unio Keuskupan Padang, Rm. Fransiskus Riduan Naibaho, Pr. mengawali sambutannya mengutip nats Kitab Amsal, “Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Allah-lah yang menentukan arah langkahnya.” Ayat ini menurut Rm. Riduan tepat untuk menggambarkan perjalanan hidup Romo Agus. “Hidup dalam keluarga yang sungguh Katolik. Hobi bermain bola, mencoba menyapa semua orang yang dijumpainya dengan bahasa daerah mereka, menceritakan lelucon, dan memiliki banyak cita-cita seperti kernet mobil, pilot, dan lain sebagainya. Romo Agus mengalahkan cita-cita itu dan mendengarkan bisikan Tuhan yang memanggilnya menjadi imam, bergabung dengan imam Diosesan Keuskupan Padang.” katanya.

Di mata Rm. Riduan, sebagai imam Romo Agus sosok yang mencoba merangkul semua orang dari berbagai kalangan, mengalahkan kedekatannya pada kalangan orang tertentu. Menurut rekan-rekannya seangkatan dan mengalami sendiri selama tujuh sebagai rekan sekomunitas di Pastoran Santa Maria Padang, Romo Agus tidak pernah marah. Romo Agus dekat Romo dengan umatnya. Spontanitas Romo Agus dalam mengunjungi umat kadang membuatnya berpikir kalau yang dilakukannyamalah mengganggu umat karena pada suatu ketika Romo Agus membawa makanan di tasnya, dengan sepeda motor, mengetuk rumah umat yang tertidur. Itulah bentuk kedekatan Romo Agus dan caritas pastoralis-nya sungguh mengena. “Dalam kelebihan dan kekurangannya sebagai seorang manusia, Romo Agus mampu membawakan martabat imamatnya seanggun mungkin,” katanya.
Pastor Paroki Santa Theresia Air Molek, P. Konrad Situmorang, OFMCap mengawali sambutannya menyatakan bahwa keluarga, para imam, umat Paroki Air Molek, dan seluruh umat Keuskupan Padang bersedih, namun juga pantas bersyukur dengan kehadiran Romo Agus yang telah melayani umat. Imam Ordo Kapusin ini mengatakan, “Romo Agus adalah putera pertama sekaligus putera satu-satunya Paroki Air Molek yang menjadi imam. Umat bersyukur atas pelayananmu dan senantiasa mendoakanmu”, katanya.
Sementara itu, Pastor Bernard dalam sambutannya membenarkan pernyataan Rm. Riduan bahwa Romo Agus adalah orang yang sabar. Selama empat tahun satu komunitas tidak pernah mendengar Romo Agus berteriak marah. Berbeda dengan dirinya yang emosional. “Romo Agus marah dengan sindiran halus. Sebagai rekan imam saya terkadang merasa bahwa kerendahan hati Romo Agus sungguh membuat banyak hal yang perlu diperbaiki dalam hidup saya. Romo Agus junior saya, namun saya banyak belajar darinya,” kata P. Bernard.

Di tambahkannya, saat Romo Agus mesti menjalani perawatan intensif, terutama pasca amputasi jari kelingking, seharusnya menjalani operasi lanjutan, namun tidak mau menerima untuk operasi amputasi sampai mata kaki. Beberapa perawat membujuk dan meyakinkannya namun gagal. Bahkan beberapa perawat RS Yos Sudarso bersedia merawatnya saat pasca operasi. Untuk sampai bersedia dirawat di rumah sakit pun mesti “paksa rela”. “Segala upaya dilakukan untuk membujuknya hingga bersedia dirawat di rumah sakit”, katanya.
Imam Diosesan Padang ini sangat mengapresiasi semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu karena telah membantu dan memberikan perhatian kepada Romo Agus sepanjang hidupnya. Kepada umat Paroki Santa Maria, P. Bernard berharap semua hal yang sudah Romo Agus lakukan membuat umat benar-benar tumbuh dan berkembang dalam iman. “Buktikan rasa cinta kalian kepada Romo Agus dengan meneruskan yang baik, yang ditanamnya di paroki kita ini,” katanya.
Martinus Lase mewaliki DPP dan umat mengatakan bahwa peristiwa ini mengagetkan dan menyedihkan umat. Harapan umat, Romo Agus sembuh dan pulih, kembali melayani umat di paroki ini. Namun Allah berkehendak lain. Allah ingin membahagiakan Romo Agus bersama para kudus di surga. “Banyak hal yang telah dibuat Romo Agus di paroki kami. Apa yang telah dirintis Romo Agus dan pastor lain dalam melayani umat bukan hanya kami kenang dan diingat-ingat, melainkan terus kami lanjutkan sehingga memperdalam dan menguatkan iman.” tutup Martinus.
Usai sambutan, dilanjutkan prosesi menuju ke columbarium. Sebagian besar umat mengiringi iringan mobil jenazah menyusuri jalan dari kompleks pastoran, Jalan Kampung Batu – Jembatan Siti Nurbaya – Jalan Nipah – Jalan Hayamwuruk – Jl. WR. Monginsidi. Setibanya di belakang GOR Prayoga, jenazah diturunkan dari ambulance. Para imam secara bergantian memanggul peti jenazah hingga ke dalam columbarium. Bapa Uskup memimpin proses pema kaman. Selamat jalan dan memasuki keabadian Romo Agus. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil. Terpujilah nama-Nya. (bud & ws)