Sudah menjadi kebiasaan masyarakat, ketika mengalami cedera otot dan tulang segera membalur, mengoleskan, bahkan menggosok dengan obat gosok, balsam atau reramuan yang sifatnya panas.
Manakah yang lebih sesuai saat cedera, kompres panas atau kompres dingin? Sebagai pertolongan pertama, umumnya mengompres untuk mengurangi rasa sakit. Ada dua cara: yakni kompres hangat dan dingin. Kapan saat yang tepat untuk menggunakan kompres hangat atau kompres dingin?

1. Kompres Dingin
Kompres dingin merupakan metode utama dalam kompres cedera, termasuk dalam terapi dingin atau cryotherapy. Metode ini menjadi solusi paling sederhana untuk mengelola rasa sakit dan bengkak akibat cedera. Kompres dingin dipakai pada daerah yang bengkak atau memar. Kompres dingin bisa merangsang penyempitan diameter pembuluh darah dan memperlambat aliran darah yang menuju ke lokasi cedera.

Pada bagian tubuh yang cedera terjadi proses peradangan dan kerusakan pembuluh darah, sehingga sel-sel darah keluar dari pembuluh darah sehingga kulit berwarna merah kebiruan. Es atau air dingin dapat menurunkan jumlah darah yang keluar. Penurunan aliran darah ini akan menyebabkan berkurangnya zat-zat perangsang inflamasi atau peradangan yang bergerak menuju lokasi cedera, sehingga mengurangi bengkak dan nyeri. Kompres dingin biasa digunakan untuk cedera akut yang terjadi dalam 24 hingga 48 jam setelah terjadinya cede­ra. Kompres dingin untuk membantu meminima­lisir pembengkakan, mengurangi pendarahan, dan mengurangi kejang atau nyeri otot sekitar area cedera. Kompres dingin baik digunakan pada kondisi akibat, seperti: keseleo atau terkilir, terbentur, dan memar, tendinitis, peradangan pada tendon (jaringan ikat antara otot dan tu­lang), bursitis, peradangan pada kantong pelu­mas (bursae) pada bahu, siku, pinggul, lutut, atau kaki, dan nyeri sendi akibat asam urat.

Kompres dingin tidak digunakan pada per­sen­dian atau otot yang kaku. Sebaiknya kompres dingin tidak digunakan pada orang dengan gang­guan saraf sensorik, memiliki sirkulasi darah bu­ruk, atau diabetes yang dapat menyebabkan kerusakan saraf dan berkurang­nya sensitivitas (mati rasa).
Cara melakukan kompres dingin meng­guna­kan es, kantong gel atau handuk yang dibasahi air dingin. Bungkus es dengan handuk agar suhu dingin tidak menyentuh kulit yang bisa merusak kulit. Tempelkan lebih dari 20 menit, angkat – beri jeda 10-an menit, lalu lanjutkan lagi. Berhentilah jika mengalami mati rasa. Pada penderita sakit jantung, hindari area bahu kiri, bagian depan dan samping leher. Apabila cara ini tidak membantu, hubungi dokter atau fisioteraphis.

2. Kompres Hangat
Cara ini bisa membawa lebih banyak darah untuk mengurangi kekakuan sendi dan kejang otot. Suhu hangat dapat memperlebar pembu­luh darah sehingga aliran darah dan suplai oksigen lebih mudah mencapai daerah yang sakit. Metode ini membantu relaksasi otot, mengurangi nyeri dan kekakuan serta mening­katkan rentang gerak bagian tubuh yang nyeri.
Kompres hangat juga metode tepat untuk menurunkan demam. Pembuluh darah yang melebar akibat suhu hangat membantu penge­luar­an panas dari tubuh. Pada kasus cedera, metode ini cocok untuk sudah berlangsung lama (kronik). Beberapa kondisi yang cocok dengan kompres hangat, antara lain: nyeri dan kekakuan akibat arthritis, kejang leher akibat sakit kepala, kram atau ketegangan otot, dan tendinosis, nyeri tendon dalam jangka panjang (hanya setelah peradangan reda).

Kompres hangat tidak boleh digunakan pada luka yang baru atau cedera kurang dari 48 jam. Hal ini malah memperburuk kondisi luka akibat penumpukan cairan pada lokasi yang cedera dan meningkatkan nyeri. Kompres hangat juga tidak boleh digunakan pada luka terbuka dan bengkak. Orang yang memiliki kondisi tertentu, seperti diabetes, infeksi kulit, penyakit pembuluh darah, multiple sclerosis, dan trombosis vena dalam, sebaiknya menghindari kompres hangat.
Kompres hangat bisa menggunakan handuk yang direndam air hangat, botol berisi air hangat atau bantal pemanas yang dirancang untuk mengompres. Suhu pada kisaran 40 derajat Celcius hingga 50 derajat Celcius. Lakukan tidak lebih dari 20 menit, kecuali jika mendapat saran dari dokter atau fisioteraphis. Jangan langsung meletakkan sumber panas ke kulit, karena dapat menyebabkan luka bakar atau iritasi.

Kesimpulannya, kompres dingin dan kompres hangat memiliki manfaat tersendiri. Kompres dingin lebih cocok untuk cedera baru, antara 24 hingga 48 jam setelah kejadian. Kompres hangat berguna meredakan nyeri yang sudah berlangsung lama (kronik). Hal penting saat melakukan kedua metode ini adalah menghindari suhu terlalu ekstrem, terlalu panas atau terlalu dingin. Hindari juga kontak langsung antara kulit dan sumber panas atau dingin.
Bijaksanalah dalam menggunakan sehingga tidak menimbulkan efek yang merugikan. Jangan pula ikut kebiasaan masyarakat yang ternyata tidak tepat untuk kondisi tubuh. Jika masih juga ragu, sebelum melakukan kompres, berkonsul­tasilah pada dokter atau fisioteraphis sehingga menemukan solusi tepat. (ist)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *