Romo Kebet rehat sejenak dari kesibukkannya di kantor. Diambilnya waktu untuk berjalan-jalan di lorong rumah sakit. Sejenak kemudian, handphone di tangannya berbunyi.
Dihidupkannya salah satu benda kesayangan itu. Ternyata seorang temannya mengirimkan pesan berupa cerita pendek, percakapan antara seorang theofilus (orang yang percaya adanya Tuhan) dan agnostik (orang yang tidak percaya adanya Tuhan).

Kedua orang selalu berbeda pandangan, namun mereka tetap berteman baik. Mereka sering jalan-jalan bersama.
“Saya tetap tidak percaya Tuhan itu ada! Apalagi bisa mengabulkan permohonan atau doa-doa manusia,” kata si agnostik.
“Tidak apa-apa, saya tidak pernah memaksa Anda untuk percaya,” jawab si Theofilus.
Dikisahkan, ketika kedua orang itu sedang jalan-jalan. Mereka mendapati seorang gelandangan yang tertidur pulas setengah terlentang di emperan toko. Lengan tangan gelandangan terjulur. Kedua telapak tangannya terbuka.
Dengan maksud membuat lelucon dan kejutan sekaligus kasihan, si Theofilus membeli dua buah jeruk, lalu meletakkannya di kedua tangan gelandangan itu. Si Agnostik hanya melihat saja tingkah temannya itu.
Kedua orang itu pun berlalu meninggalkan gelandangan itu untuk melanjutkan jalan-jalannya.

Tibalah mereka berpisah untuk pulang.
Si Theofilus belok ke arah kanan.
Sedangkan si Agnostik berbalik arah melewati jalan tempat gelandangan tadi tertidur. Si Agnostik mendapati gelandangan itu dengan gembira memakan buah jeruk pemberian si Theofilus sahabatnya. Gelandangan itu didekatinya. Terjadilah percakapan di antara mereka.
“Anda kelihatannya sangat menikmati buah jeruk itu,” tanya si Agnostik itu.
“Ya, Pak! Tuhan sungguh sangat baik kepadaku. Sangat mengerti akan kebutuhanku,” jawab gelandangan itu.

“Apa maksudmu?” tanya si agnostik itu.
“Saya lelah sekali! Saya haus, pengin sekali makan buah jeruk yang segar. Satu saja cukup! Saya berdoa memohon kepada Tuhan Allah agar mengirimkan buah itu. Saya tertidur ketika sedang berdoa. Ketika terbangun, saya mendapati, Tuhan benar mengirimkan kepada saya tidak hanya satu, tetapi dua buah jeruk!” kata gelandangan itu.
Si Agnostik itu terdiam. Ia merasa pernyataan sahabatnya Theofilus benar. Sejenak kemudian, ditinggalkannya gelandangan itu.
“Saya akan segera menemui Theofilus untuk menyampaikan hal ini!” katanya.
Pas di penghujung cerita itu, tiba- tiba Romo Kebet dikejutkan oleh sapaan seorang perawat. Lalu Romo Kebet kembali ke ruang kerjanya dengan mesam-mesem (senyum-senyum) sendiri. (ws)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *