Romo Kebet bermaksud mendapatkan ide untuk homili. Dengan duduk santai di teras pastoran, Romo Kebet menjelajah dunia maya dengan handphone di tangannya. Romo Kebet membawa serta juga beberapa buku cerita kisah bijak. Buku itu dibolak-baliknya.
Romo Kebet menemukan cerita pendek Buku 101 Cerita Bijak dari Korea Symphony of Life from The Land of Morning Calm yang sudah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia.

Cerita bijak itu begini…..
Pada suatu masa, hiduplah seorang laki-laki kaya bernama Yong. Karena kekayaannya itu, rumahnya tidak pernah sepi dengan kedatangan pengemis yang meminta belas kasihan. Yong merasa, Tuhan bermurah hari dan mengabulkan permohonannya.
Tetapi lama-lama, dia merasa jumlah hartanya menjadi berkurang. Yong mulai pun mulai gelisah.
Di tengah kegelisahannya itu, seorang pengembara bijak singgah beristirahat di rumahnya. Yong pun menceritakan kegelisahan hatinya kepada pengembara itu dan meminta nasihat caranya agar para pengemis tidak lagi mendatangi rumahnya untuk meminta bantuan.
“Buatlah dua pilar besar di halaman rumahmu menjadi miryek, patung batu raksasa,” kata pengembara itu.
“Aku jamin pengemis tak akan datang lagi ke rumahmu”. sambungnya.

Setelah pengembara itu berpamitan dan pergi untuk melanjutkan perjalanannya, Yong mengikuti saran itu.
Di luar dugaannya, untuk membuat dua patung miryek membutuh­kan biaya yang sangat mahal. Uang Yong pun menjadi habis tak bersisa. Yong jatuh miskin dikarenakan mengikuti saran pengembara itu.
Tidak lama berselang, pengembara itu datang kembali ke rumah Yong.
Yong marah besar, karena merasa telah diperdayai. Karena tidak dapat menahan amarahnya, Yong berkata keras pengembara itu, “ Berani-beraninya kamu datang lagi ke rumahku. Lihatlah hasil dari menuruti nasihatmu untuk membuat patung konyol itu. Uang dan hartaku habis semua. Lihat, kini aku jadi orang miskin.”

Pengembara itu tenang menghadapi sikap Yong itu. “Tuan, tenangkan dirimu,” kata pengembara dengan suara lembut.
“Bukankah sudah tidak ada lagi pengemis yang datang ke rumahmu? Aku tak melihat seorangpun. Coba pikirkan lagi kata-katamu tempo hari. Tuan tidak ingin ada pengemis yang datang. Tuan tidak sanggup menolak kedatangan mereka, bukan? Dan itu kini terjadi! Tidak ada lagi pengemis yang datang ke sini?
Yong pun terdiam seribu bahasa mendengar jawaban pengembara itu. Yong pun menyesal atas semua tindakannya itu. “Apakah salah doa saya…??? katanya dalam hati.
Saat membaca akhir cerita ini, Romo Kebet dikejutkan oleh kedatangan Frater TOP yang berpamitan untuk doa arwah di kring.
Romo Kebet pun beranjak masuk ruang tamu, untuk menuliskan contekan homili dengan inspirasinya dari cerita pendek tersebut. (ws)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *