Melihat anak kecil membuang tusuk sate pelataran Jam Gadang Bukittinggi menginspirasi Heribertus Hendra (27) menciptakan lapangan kerja. Sepulang nong­krong bersama kawan-kawannya, Hendra mulai memikirkan usaha mandiri membuat tusuk sate. Ia pun kepo ikhwal bisnis tusuk sate dari berba­gai sumber. “Ini peluang bisa menciptakan la­pangan kerja sekaligus bisa membantu sesama anak muda.” pikirnya saat itu.

Pemuda kelahiran Padang Candu – Kinali (Pasaman Barat) 21 November 1995 ini googling internet. Saat itu, anak pertama dua bersaudara dari pasangan Petrus Maridi dan Yosefin Sri Suryatiningsih tenaga laboratorium SMA Swasta Xaverius Bukittinggi. Pandemi Covid-19 membuatnya pulang kampung dan memulai usaha yang prospektif ini. Mahasiswa Diploma Tiga (D3) Teknik Kimia Politeknik ATI Padang (2014-2017) memantap­kan langkah­nya. Bertepatan Hari Raya Idul Adha (2020), Sekretaris Gereja Stasi Santa Maria Diangkat ke Surga Kinali ini star membuat tusuk sate dari bambu. Setelah dua tahun berjalan, bisnisnya berkembang. Kini, mantan aktivis Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Padang dan Pemuda Katolik Komisa­riat Cabang Padang ini kewalahan meladeni permintaan tusuk sate di Pasaman Barat dan sekitarnya. Ia pun bersedia melatih orang muda dari Solok Selatan, Pesisir Selatan, dan Bukit­tinggi. “Ada permintaan dari Bengkulu dan Padang, namun tidak bisa saya penuhi, karena keterbatasan alat dan tenaga. Saya khawatir, mengecewakan pelanggan lokal di Pasaman Barat,” ucapnya.

Anggota Seksi Kerasulan Awam, Hubungan Antaragama dan Kepercayaan (HAK), Hu­bungan Masyarakat Dewan Pastoral Paroki (DPP) Keluarga Kudus Pasaman Barat ini pun berniat mengembangkan bisnisnya. Hendra beren­cana menggandeng sejumlah Orang Muda Katolik (OMK) dalam bisnis ini. “Seteng­ah tahun perdana menjalankan usaha, teman-teman OMK ikut berpromosi di media sosialnya. Ia melihat peluang besar bisnis ini, karena warga Sumatera Barat penggemar berat makanan sate. Pasti butuh tusuk sate! Seka­rang, dengan peralatan yang ada, saya hanya mampu menghasilkan lima puluh kilo gram tusuk sate sehari. Bahan mentah berasal di daerah Talu, sekitar dua jam perjalanan dari Kinali. Suatu daerah pegunungan, bahan bambunya berkualitas bagus,” ujarnya. (hrd)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *