MENGIKUTI BIMBINGAN TUHAN
HARI MINGGU PRAPASKAH V (26 Maret 2023)
Yeh. 37:12-14; Mzm. 130:2, 3-4b, 4c-6, 7-8;
Rm. 8:8-11; Yoh. 11:1-45
SAKIT, penyakit hingga berujung pada kematian hal yang menakutkan bagi siapa; entah apa pun agamanya. Hal itu terbukti saat sakit, seseorang akan menempuh segala upaya supaya bisa sembuh. Saat sakit, berapa biaya akan diusahakan. Obat semahal apapun akan dibeli supaya sembuh, apalagi kalau ada jaminan sembuh dengan makan obat tersebut. Singkat kata, di kala sakit, uang menjadi ada, bukan punya. Bagaimana caranya diusahakan.
Namun sebuah keniscayaan dalam hidup adalah bahwa lembaran kehidupan yang akan ditutup dengan kematian. Ada sehat – ada sakit, ada hidup – ada mati. Kematian tidak akan bisa dihindari oleh makhluk hidup apa pun, termasuk manusia. Akan tetapi, jangan sampai kematian itu menjadi sebuah kesia-sian.
Umat beriman percaya setiap penyakit ada obatnya. Sakit itu bisa sembuh. Namun semua itu tidak turun dari langit, mesti diusahakan bahkan dengan biaya yang mungkin saja tidak terkirakan.
Dalam Injil hari ini dikisahkan, Maria mengirimkan kabar kepada Tuhan Yesus bahwa Lazarus saudaranya sedang sakit. Pemberitahuan itu tentu ada maksudnya. Sama dengan ketika kita memberi tahu sanak saudara, famili, kenala atau teman bahwa ada orang dekat sakit. Tujuannya, supaya mereka memberikan perhatian, sekurang-kurangnya mendukung dalam doa. Dengan memberi tahu bahwa Lazarus sakit, Maria percaya bahwa Tuhan Yesus akan menolongnya. Pertolongan yang diharapkan Maria pun nyata, bukan sebatas menyembuhkan penyakit, tetapi menghidupkan kembali Lazarus yang sudah meninggal. Lazarus yang sudah “tertidur” (meninggal) pun hidup kembali. Dengan peristiwa ini bahwa sabda Tuhan Yesus menjadi nyata. “Penyakit itu tidak membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan”. Tokoh Maria dalam Injil hari ini mewakili umat beriman yang tidak putus-putus dalam pengharapan akan pertolongan Tuhan. Maria mendapatkan lebih dari yang diharapkannya. Lazarus bukan saja sembuh dari sakit, tetapi hidup kembali setelah kematiannya. Kalau kita mau seperti Maria, Tuhan pun akan berbuat demikian.
Percaya akan kuasa dan pertolongan Tuhan sungguh tidak sia-sia. Banyak orang merasa bahwa sakit dan penyakit adalah hukuman atas dirinya. Karena sikap itulah, saat sakit orang itu tidak mampu merasakan bahwa ternyata saat sakit pun sesungguhnya Tuhan tetap setia mencintainya. Orang-orang baik yang menolong sesungghnya adalah tangan Tuhan yang hadir dan sedang memberikan pertolongan. Hanya kaca mata iman yang bisa merasakannya.
Oleh sebab itu, jangan biarkan diri dan hati kita dikuasai sikap egois sehingga merasa diri kuat dan menjadi sombong. Kita hendaknya senantiasa membiarkan diri untuk dibimbing oleh kuasa Allah, sehingga tunduk pada kuasa Roh Kudus serta memusatkan hidup kepada rencana dan kehendak Allah. Kalau sakit, datangkah kepada Tuhan, mohonlah kesembuhan. Kisah Lazarus ini menegaskan bahwa Tuhan Yesus sudah menebus manusia dari kuasa maut dan dosa, dari sakit menjadi sembuh, dari kematian menuju keselamatan. Manusia tidak akan lagi dikuasai maut, kecuali orang itu membiarkan dirinya dikuasai si jahat dan tidak mengikuti bimbingan Tuhan. ***