PEMBERIAN DIRI TANPA BATAS

HARI MINGGU PALMA (MINGGU SENGSARA) – (2 April 2023)
Mat. 21:1-11; Yes 50:4-7;Mzm. 22:8-9, 17-18a, 19-20, 23-24;
Flp. 2:6-11; Mat. 26:14-27:66 (Panjang) atau Mat. 27:11-54 (Singkat)

Ketika Yesus memasuki Yerusalem nubuat Nabi Zakharia tergenapi. Dengan menunggang seekor keledai betina, sebagai pernah dilakukan Raja Salomo dalam prosesi kerajaan. Yesus tampil sebagai Raja Damai yang dirindukan oleh bangsa Israel. Orang banyak menyambut Yesus layaknya pejabat di zaman kini. Ketika orang banyak menyerukan “Hosana” yang berarti “Selamatkanlah kami sekarang”, Yesus menjadi tumpuan harapan bahwa dengan perantaraan-Nya, Allah akan menyelamatkan manusia. Allah sungguh baik dan mencintai manusia. Yesus ditampilkan sebagai pengejawantahan sosok Hamba Yahwe dalam Nubuat Yesaya. Hamba Yahwe itu berperan penting untuk membangkitkan semangat dan harapan bagi bangsa Israel  yang menderita karena pembuangan di Babel. Akan tetapi sosok penyelamat itu bukan pejabat dengan segala kekuasaan dan kewenangan duniawi.

Minggu Palma disebut juga Minggu Sengsara karena memulai Pekan Suci yang merupakan puncak hidup dan karya keselamatan Yesus. Namun cara Yesus menyelamatkan umat manusia berbeda dengan yang diharapkan orang banyak. Yesus tidak menggunakan cara ajaib atau menjadi raja yang berkuasa, melainkan dengan penderitaan dan wafat di salib. Semarak penyambutan Yesus sebagai Raja yang penuh dengan sukacita dan optimisme akhirnya berubah total dalam beberapa hari kemudian. Semua berubah dipenuhi dengan cucuran air mata, tangis pilu dan duka cita mendalam. Yesus harus menapaki jalan yang telah digariskan Allah, Bapa-Nya; dari penderitaan menuju keselamatan dan kemuliaan.

Tidak semua orang mampu memahami   cara Allah ini. Akan tetapi, sebagai murid yang belajar kepada Kristus dan percaya sebagai Juru Selamat, kita sadar bahwa penderitaan adalah bagian dari kehidupan dan sebagai cara Allah yang penuh misteri dalam menyelamatkan itu. Mari memasuki Pekan Suci kita  mengosongkan  diri dari semangat hidup yang dipenuhi hal-hal duniawi yang bisa menjauhkan dari Tuhan. Kita membuka hati, belajar dari Tuhan Yesus, dari jalan yang ditempuh-Nya, yakni jalan ketaatan kepada Allah, jalan kasih,  dan pemberian diri tanpa batas. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *