Saya berdomisili di Kota Payakumbuh sejak tahun 1995. Itu berarti dua puluh delapan tahun sebagai salah satu umat Katolik di Paroki St. Fidelis A Sigmarinda Payakumbuh. Apa yang biasa dilakukan dalam masa Prapaska? Yang pasti, di rayon-rayon berlangsung kegiatan pendalaman iman. Biasanya, bahan disiapkan oleh Komisi Kateketik (Komkat) Keuskupan Padang disusun dan disiapkan untuk empat kali pertemuan dalam satu bulan. Diharapkan, kegiatan pendalaman iman berlangsung sekali seminggu.

Di waktu silam, kegiatan pendalaman iman dipimpin dan dipandu seorang yang dipandang ‘mumpuni’ mengenai pengetahuan dan iman Katolik. Seingat saya, salah satu warga Rayon III (kini Rayon St. Fransiskus Assisi), ada seorang pegawai negeri sipil/PNS (kini-Aparatur Sipil Negara/ASN Kantor Kementerian Agama RI Provinsi Sumatera Barat) menjadi ‘katekis’ sekaligus pemandu bila berlangsung kegiatan pendalaman iman, baik dalam masa Prapaska maupun Adven. Saat ditanganinya, umat/warga rayon merasa cocok karena kegiatan dipandu oleh seorang katekis. Tepat dan cocok pada bidangnya. Terdapat tujuh rayon di paroki ini.

Hanya saja, tatkala yang bersangkutan pindah tugas ke tempat lain, terjadi kekosongan pemandu pendalaman iman. Sempat muncul kegalauan di tengah umat. Antusiasme umat ikut menurun. Tentu saja, pastor maupun tenaga pastoral lainnya bisa secara penuh (full) mendampingi rayon-rayon yang ada di paroki. Kala itu, pelayanan pastoral Paroki Payakumbuh dilaksanakan dari Bukittinggi. Walau punya pastoran, namun tidak ada pastor yang menetap. Begitupun dengan para suster Kongregasi OSF yang ada, lebih banyak tercurah waktunya di bidang pelayanan pendidikan/sekolah.

Atas situasi seperti itu, beberapa orang di antara umat paroki ini ‘direkrut’ para suster – termasuk saya – untuk menjadi pemandu atau pemimpin kegiatan pendalaman iman. Kami ‘dibekali’ agar mampu menjadi pemandu dengan sejumlah bekal pengetahuan dan keterampilan teknis lainnya. Maka, beberapa waktu silam, saya dipercaya menjadi pemandu kegiatan pendalaman iman. Sebelumnya, saya diminta ketua rayon memimpin dan memandu aktivitas tersebut. Berhubung masih baru, pendalaman iman masih ikut dibantu seorang suster.

Tahun silam (2022), saya mulai menjalankan fungsi-peran-tanggung jawab sebagai Seksi Katekese DPP Payakumbuh. Periode sebelumnya, saya dipercaya sebagai anggota DPP. Dalam masa Prapaskah kini pun berlangsung aktivitas pendalaman iman di rayon. Selain itu, juga dilaksanakan Aksi Puasa Pembangunan (APP) bagi warga rayon. Biasanya, dua kegiatan itulah yang dilakukan oleh warga rayon yang masih berlanjut hingga kini. Hanya saja, ada perubahan metode terkait APP, terlebih Paroki Payakumbuh mempunyai pastor paroki yang menetap. Di waktu lalu, setiap warga rayon mendapat amplop APP. Biasanya diisi satu kali saja. Sekarang, diubah caranya lewat aksi celengan. Di setiap keluarga akan diberi satu celengan yang bisa diisi selama masa Prapaska, entah dengan uang kecil/recehan maupun uang besar. Inovasi pastor membuahkan hasil.

Di waktu silam, dengan hanya satu kali pengisian amplop, jumlah dana APP yang terkumpul masih terbatas. Kini, bisa lebih besar. Ada kemajuan. Biasanya, celengan tersebut dikumpulkan di paroki lewat perantaraan ketua rayon. Saat Malam Paska, ada perwakilan rayon yang membawa secara simbolis celengan tersebut ke altar gereja, sebagai simbol persembahan umat. ‘Penggalangan dana’ APP ini sebagai bentuk atau wujud kepedulian umat terhadap sesamanya yang masih belum beruntung, berkekurangan, dan membutuhkan pertolongan. Terbangun aksi solidaritas. Bantuan bagi umat yang kurang mampu ini biasanya saat Prapaska dan Adven. Di Payakumbuh, operasionalnya ditangani Seksi Sosial dibantu seksi lain di DPP. Terarah untuk umat yang kurang mampu. Ada 30-40 keluarga dibantu, termasuk beberapa keluarga Muslim yang berdomisili di sekitar gereja paroki. Bantuan banyak terarah pada umat yang berdomisili di pinggiran Kota Payakumbuh.

Di masa lalu, pernah ada bentuk bantuan lain berupa bantuan untuk anak sekolah, bagi mereka yang bersekolah di lingkungan Yayasan Prayoga Bukittinggi dan berasal dari keluarga tidak mampu. Kala itu, ada bantuan lima puluh persen dari besaran dana sekolah. Tidak hanya dari kalangan Katolik, beberapa peserta didik non Katolik mendapat bantuan tersebut. Hanya saja, sekarang program tersebut tidak ada lagi. Mungkin karena sudah ada Bantuan Operasional Sekolah (BOS) atau berbagai bentuk bantuan dari pemerintah.

Telah satu tahun saya sebagai Seksi Katekese DPP. Dalam masa Prapaska (maupun Adven), saya membentuk empat tim dengan pembagian tugas tertentu. Tim I bersifat untuk urusan bersifat sakramental (bertanggung jawab untuk pembinaan Komuni I, Baptis, Krisma). Tim II menangani pembekalan bagi calon Katolik dari gereja lain. Tim III – terutama dari kalangan guru – fokus mengajar pendidikan agama Katolik bagi para pelajar di sekolah negeri. Tim IV adalah tim katekese di rayon-rayon. Kini, pendalaman iman dipandu pendamping setiap rayon bersangkutan – menggunakan bahan/materi yang disediakan/disiapkan Komisi Kateketik/Komkat Keuskupan Padang. Tim ini mempunyai tugas untuk membantu umat rayon setempat agar dapat menyiapkan diri memasuki masa Prapaska, Paska, Adven, dan Natal. Momen tersebut menjadi sungguh berarti.

Saya melihat antusiasme umat saat Pekan Suci (dimulai Minggu Palma hingga Paska) sangat tinggi. Tempat duduk dalam gereja tidak mampu lagi menampung kehadiran umat yang membludak. Penuh. Dulunya, terpaksa dipasang tenda di luar gereja. Kini, ruangan aula paroki digunakan untuk umat yang tidak mendapat tempat dalam gereja. Umat di luar gereja ini tetap dapat mengikuti Perayaan dalam gereja lewat monitor infocus. Seperti live streaming atau siaran langsung. 

diolah dari wawancara dengan drg. Dominikus Widianto
Seksi Katekese DPP St. Fidelis Sigmarinda Payakumbuh periode 2022-2024/hrd.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *